Rabu, 03 April 2013

Asal-usul Desa Tuyuhan


RINGKASAN CERITA
TERJADINYA DESA TUYUHAN KECAMATAN PANCUR KABUPATEN REMBANG

Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Rembang mungkin sudah pernah mendengar atau mengenal nama sebuah desa yang bernama “Tuyuhan” yang terletak di Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. Bahkan mungkin sebagian besar sudah pernah masuk ke kawasan tersebut karena memang desa Tuyuhan terkenal dengan masakan khasnya yaitu “Lontong Tuyuhan”.
Desa Tuyuhan pada mulanya adalah sebuah hutan biasa yang terletak di sebelah Selatan kota Lasem kabupaten Rembang, pada tahun 1734 datang seorang yang bernama Eyang Jumali, beliau merupakan keturunan dari Eyang Sambu yaitu salah satu tokoh yang berhasil menyebarkan agama Islam di Lasem yang sampai sekarang makamnya masih bisa di ziarahi, tepatnya di belakang Masjid Agung Lasem.
Kedatangan Eyang Jumali di Tuyuhan merupakan tujuan yang sangat mulia yaitu untuk menyebarkan agama Islam, seperti yang dilakukan Eyang Sambu pada waktu itu. Pada awal perjuangan Eyang Jumali untuk menyebarkan agama Islam, beliau terlebih dahulu mendirikan sebuah perkampungan, setelah itu beliau membangun sebuah  padepokan sebagai tempat untuk menyampaikan ajaran Islam.
Disela-sela waktunya, beliau mendirikan sebuah rumah sederhana di pinggir sungai, setelah padepokannya berdiri, kemudian beliau mengajak warga sedikit demi sedikit untuk ikut menimba ilmu agama.
Dengan optimisme dan semangat juang yang tidak kenal lelah rupanya membuahkan hasil, banyak warga yang mau belajar ilmu agama Islam dengan beliau, padepokan pun menjadi ramai. Tempat yang mulanya hutan dan sangat sepi itu, kini menjadi sebuah perkampungan yang banyak dihuni orang, tidak terlepas dari keramaian itu, dulu tempat itu dikenal sebagai tempat yang angker, tepatnya lagi di tengah sungai dekat tempat tinggal Eyang Jumali, terdapat dua batu besar yang diyakini para warga sebagai tempat yang angker.
Mendengar  berita warga yang menganggap dua batu tersebut angker, Eyang Jumali mempunyai ide, yaitu dengan cara membuang hajat besar (berak) atau hajat kecil (kencing) tepat di atas dua batu tersebut, dengan begitu warga percaya bahwa dua batu tersebut tidaklah angker. Eyang Jumali merasa lega dengan usahanya tersebut, dan perkampungan kecil itu pun kembali seperti semula, belajar ilmu agam Islam juga kembali normal.
Untuk mengenang jasa Eyang Jumali, desa tersebut dinamakan Tuyuhan, berasal dari kisah Eyang Jumali yang membuang hajat di atas dua batu yang ada di tengah sungai desa tersebut supaya warga tidak lagi menganggap batu itu angker, sehingga oleh orang Jawa disebut “Watu Kanggo Wuyuhan”. Sebagai bukti kebenaran cerita tersebut, dua batu besar yang berada di tengah sungai itu masih bisa kita saksikan di desa Tuyuhan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang.
Selain sebagai ulama atau seseorang yang mempunyai ilmu agama yang luas, beliau juga mempunyai kekuatan-kekuatan yang tidak sembarang orang memilikinya, adapun kekuatan-kekuatan tersebut antara lain:
1.      Walaupun Eyang Jumali mendirikan padepokan tepat berada di tepi sungai, tetapi ketika musim hujan dan terjadi banjir, air sungai tidak pernah masuk ke padepokan Eyang Jumali, dan hanya terbendung secara ghoib di sekitar padepokan.
2.       Sekitar tahun 1739, rumah salah satu saudara Eyang Jumali yang tinggal di Nganjuk Jawa Timur mengalami kebakaran. Tanpa diberitahu terlebih dahulu, Eyang Jumali dapat mengetahui musibah yang dialami oleh saudaranya itu, dengan segera Eyang Jumali mengajak beberapa orang  untuk pergi ke sungai yang ada di sisi padepokan. Selanjutnya orang-orang tersebut diajak menyiramkan air sungai ke arah Timur. Atas kebesaran Allah SWT, rumah saudara Eyang Jumali yang tadinya terbakar tiba-tiba dilanda hujan yang sangat lebat, padahal pada saat itu sedang musim kemarau. Api yang membakar rumah saudaranya itu akhirnya padam dalam waktu sesaat setelah hujan lebat tersebut. Setelah api padam, hujan kembali reda.
3.      Karena kebesaran yang Allah berikan kepada Eyang Jumali tersebut, nama beliau di kenal banyak orang dari luar desa. Bahkan penguasa pada waktu itu merasa segan dan sangat menghormati Eyang Jumali.
Sampai sekarang Desa Tuyuhan masih sangat dikenal orang-orang Rembang karena salah satu ciri khas makanannya yaitu Lontong Tuyuhan yang berada tepat di tengah-tengah desa Tuyuhan, dan banyak pula dijumapai di Lasem di depan Masjid Agung Lasem (Taman Lasem). Walaupun banyak lontong dari berbagai kota, tetapi sangat berbeda dengan lontong yang ada di Tuyuhan.
Demikianlah cerita dari Desa Tuyuhan yang di yakini kebenarannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar