TUGAS
FOLKLOR
Disusun
Oleh :
MUFIDAH
NIM
: 13010112130085/B
JURUSAN:
SASTRA INDONESIA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS ILMU BUDAYA

2013
Dalam bahasa Indonesia “Ngalungi Sapi”
artinya memberi kalung pada sapi, memberi kalung di sini bukan berarti kalung
emas seperti yang dipakai pada orang-orang umunya, melainkan membuat ketupat
yang kemudian diisi dengan beras dan dimasak hingga berjam-jam. Setelah ketupat
itu masak, kemudian ketupat didoakan bersama-sama di Musholla maupun di Masjid
yang merupakan tempat suci untuk berdoa orang-orang muslim.
Dahulu orang-orang melaksanakan tradisi “Ngalungi sapi” dengan
memberi kalung ketupat yang khusus dibuat untuk dikalungkan pada sapi, ketupat
itu bentuknya tidak sama dengan ketupat yang biasanya kita ketahui, dan
ukurannya sesuai dengan daun kelapa yang dipakai. Tetapi kebiasaan itu hilang
bersama perkembangan zaman, dan pola pikir masyarakat juga ikut berubah.
Tradisi “Ngalungi Sapi” masih berlangsung
di Desa Kumbo, Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang, hingga sekarang masih terus
dilaksanakan dan berlangsungnya pada hari Jumat Kliwon. Pada hari itu juga
dilaksanakan pahingan di Masjid yang diikuti oleh orang-orang perempuan
(Muslimat).
Sesuai observasi yang telah penulis
laksanakan, pada saat melakukan doa bersama ketupat yang akan didoakan di
letakkan di ember dan ditutup dengan daun pisang yang masih ada batangnya
kemudian dihadapkan sama, artinya jika yang satu menghadap ke arah Barat maka
yang lain menyesuaikan.
Semarang
, 24 Juni 2012
Penulis
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat serta hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Tradisi Ngalungi Sapi”
sesuai waktu yang telah ditentukan, pengambilan tema yang belum pernah diangkat
oleh penulis lain membuat penulis semakin semangat dalam mengerjakannya, dan
penulis juga langsung melakukan observasi untuk kevalidan data.
Ucapat
terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada para informan yaitu Bapak
Dasiran, Bapak Kurdi, Ibu Fathonah, Bapak Dasuri, Ibu Sarminah dan Ibu Siti
yang semuanya telah menyediakan waktunya untuk diwawancarai sesuai dengan
kepentingan penulis, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan semuanya dijawab
dengan baik.
Dengan
tema ini, penulis dapat mengetahui salah satu tradisi yang ada di Desa Kumbo
Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang yaitu “Tradisi Ngalungi Sapi”. Masih banyak
kegiatan lain yang belum sempat penulis paparkan satu per satu, jadi masih ada
kesempatan untuk pembaca yang berminat mengkajinya.
Penulis
sadar dalam Makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dalam penulisan maupun
susunannya, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun supaya dalam
pembuatan Makalah selanjutnya dapat diperbaiki.
Semarang,
24 Juni 2012
Penulis
Banyak permasalahan di antara kita
yang belum diketahui makna dan tujuan apa yang ada di dalamnya, padahal
seharusnya semua yang dilakukan harus diketahui dampak maupun keuntungan yang
akan diperoleh. Jika kita mengetahui hal itu maka akan meningkatkan ketaatan
kita terhadapnya.
Alasan mengapa saya mengangkat judul
“Tradisi Ngalungi Sapi” ini karena merupakan suatu tradisi yang ada di desa
tempat tinggal saya yaitu Desa Kumbo Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang,
dimaksudkan supaya makna dan tujuan yang ada di dalam tradisi itu diketahui masyarakat setempat
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Jadi sesuatu yang ada di antara kita
harus diketahui makna dan tujuan serta keuntungan dan kerugiannya, karena suatu
saat nanti pasti akan berguna jika ada anak turun kita yang membutuhkan
penjelasan mengenai hal itu, dan makalah ini diharapkan dapat menjadi jembatan
dalam melewati hal-hal yang kelak akan terjadi.
Sehubungan dengan pengambilan judul di atas, maka
rumusan masalah yang hendak dijawab adalah:
1.
Apa
yang dimaksud dengan Tradisi “Ngalungi Sapi”?
2.
Bagaimana
kedudukan dan fungsi Tradisi “Ngalungi Sapi” di dalam pandangan masyarakat
setempat?
3.
Kapan
dan di mana Tradisi “Ngalungi Sapi” dilaksakan?
4.
Apa
makna dan tujuan dari tradisi tersebut?
5.
Siapa
saja yang terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan tradisi tersebut?
Sesuai dengan tugas yang
dipercayakan oleh dosen pengampu, yaitu pengumpulan data dengan cara wawancara
langsung kepada masyarakat yang bersangkutan, dan menyimpulan hasil dari
wawancara tersebut tercatat dalam buku harian sesuai dengan format yang telah
ditentukan. kemudian hasilnya saya simpulkan sendiri hingga menjadi makalah.
Dalam pengumpulan data tentang Tradisi “Ngalungi Sapi” ini saya lengkapi dengan
observasi langsung pada saat kegiatannya, berhubung tradisi ini ada di tempat
tinggal saya, dengan mudah saya memahami dan menjalankan proses pengumpulan
data.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.
Guna
memenuhi tugas Mata Kuliah Folklor.
2.
Mengapresiasi
tradisi yang telah ada agar tetap berkembang.
3.
Memperkenalkan
kepada masyarakat umum tentang Tradisi “Ngalungi Sapi”.
1.
Terpenuhinya
tugas yang telah dipercayakan oleh dosen pengampu.
2.
Masyarakat
dapat mengetahui kedudukan dan fungsi Tradisi “Ngalungi Sapi”.
3.
Menambah
ilmu dan pengalaman dari wawancara langsung kepada penduduk asli, karena itu
merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan.
4.
Terwujudnya
keinginan untuk menulis dan mempublikasikan tradisi sendiri.
A.
Pengertian
Tradisi “Ngalungi Sapi” termasuk
dalam jenis kegiatan ritual yaitu aktivitas simbolik yang dilakukan untuk kepentingan seseorang
atau kelompok orang (masyarakat) oleh karena alasan-alasan tertentu, seperti
memperingati/atau terjadinya peristiwa penting atau mengantisipasi
peristiwa-peristiwa tertentu yang dianggap negatif.
“Ngalungi Sapi”, kata “Ngalungi”
berarti memberi kalung, dan “Sapi” adalah hewan sapi yang biasa kita ketahui.
Sehingga “Ngalungi Sapi” bisa diartikan
sebagai memberi kalung pada sapi, memberi kalung di sini bukan berarti kalung
emas yang biasanya dipakai orang-orang
pada umumnya melainkan kalung ketupat yang khusus dibuat untuk
dikalungkan pada leher sapi.
Menurut sebagian masyarakat modern
“Ngalungi Sapi” tidak harus memberi kalung ketupat seperti yang dimaksudkan di
atas, melainkan hanya ritual yang dilakukan untuk sapi-sapi mereka dan harta
yang dimilikinya supaya diberikan berkah, kesehatan, beranak-pinak dan
keselamatan oleh Allah swt, hal itu dilakukan dalam doa-doa bersama dengan cara
membawa ketupat delapan sampai sepuluh biji disertai sayur sebagai pelengkap
dan dibawa ke Masjid atau Musholla, begitu penjelasan dari salah seorang
penduduk setempat.
Berbeda dengan orang tradisional
atau orang jaman dahulu “Ngalungi Sapi” berarti memberi kalung pada sapi dengan
cara membuatkan kalung ketupat khusus kemudian dikalingkan pada sapinya sesuai
dengan pengertian di atas. Selain itu mereka juga membuat ketupat kemudian
diisi dengan beras dan dimasak sampai berjam-jam lalu didoakan bersama-sama.
Seperti yang kita ketahui bahwa
sebuah tradisi berlangsung secara turun-temurun selama itu masih diyakini oleh
masyarakat yang bersangkutan. Hal ini
sesuai dengan Tradisi “Ngalungi Sapi” yang ada di Desa Kumbo, Rembang, tetapi
ada sedikit perbedaan dalam hal keyakinan, jika masyarakat zaman dahulu memberi
kalung pada sapinya dengan keyakinan bahwa sapi yang dikalungi akan
beranak-pinak menjadi banyak dan selamat, masyarakat sekarang tidak memberi
kalung ketupat melainkan hanya mendoakan, karena diyakini bahwa doalah yang
bisa mengantarkan permintaan mereka kepada Allah untuk dikabulkan.
Tradisi tidak selamanya berlangsung
secara statis melainkan secara dinamis, karena pemikiran antara orang dahulu
dengan orang sekarang memiliki perbedaan, meskipun demikian tidak menghapus
tradisi yang sudah ada sejak dulu, masyarakat Desa Kumbo masih tetap
melaksanakan tradisi itu, hanya saja proses pelaksanaannya yang berbeda.
Mengingat betapa pentingnya
melestarikan tradisi-tradisi peninggalan nenek moyang, maka perlu diketahui
fungsinya, yaitu:
a)
Menjaga
dan melestarikan agar tradisi yang telah ada tidak punah,
b)
Mengajarkan
untuk tetap percaya dan yakin pada Allah swt, dengan mengamalkan doa-doa
sebagai jembatan,
c)
Sebagai
wujud rasa syukur masyarakat atas rizki yang telah Allah berikan.
Kegiatan “Ngalungi Sapi” ini
berlangsung di Desa Kumbo Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang, tepatnya setelah panenan,
pada hari Jumat Pahing
setelah selesai sholat maghrib. Seperti halnya sebuah keharusan, kegiatan
“Ngalungi Sapi” ini berjalan secara turun-temurun dari ajaran Sunan Kalijaga,
dan jika tidak dilakukan dirasa ada hal yang kurang dan tidak lengkap rasa
syukur kita terhadap rizki yang telah Allah berikan, begitu kata salah satu
penduduk desa tersebut.
Perlu diketahui juga kegiatan ini
dilakukan di Masjid dan di Musholla yang dianggap sebagai tempat suci untuk
memanjatkan doa, karena orang-orang percaya bahwa Allah menyukai tempat-tempat
yang suci dan akan mudah dikabulkannya doa yang dipanjatkan.
a)
Makna
yang terkandung dari Tradisi “Ngalungi Sapi”
Alasan mengapa hanya sapi yang
“dikalungi” padahal yang kita ketahui banyak hewan-hewan yang lain yang
dipelihara masyarakat, hal ini dikarenakan sapi dianggap sebagai rojokoyo (harta
berharga) yang mempunyai nilai jual tinggi dan cepat berkembang sebagai
simpanan kekayaan masyarakat setempat, terbukti jika seseorang mempunyai banyak
sapi maka dia dianggap orang kaya.
Selain alasan tersebut, sapi dapat
membantu pekerjaan manusia, misal saja ketika hendak menanam padi, sawah yang
masih kosong dialiri air yang cukup kemudian dibajak dengan sapi, kotoran sapi
juga bisa digunakan sebagai pupuk alami tanpa harus membeli pupuk kimia, sapi
juga bisa membantu membawa barang-barang yang berat dengan gerobak, jadi bisa
dikata sapi banyak berguna dalam membantu manusia dan sudah selayaknya jasa
sapi dihargai.
Selain sebagai kegiatan
turun-temurun dari nenek moyang, Tradisi “Ngalungi Sapi” yang menggunakan
ketupat juga mempunyai makna tersendiri, yaitu daun kelapa yang digunakan
sebagai bahan pembuatan ketupat diambil dari pohon kelapa yang juga mempunyai
berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, misal pohonnya bisa digunakan sebagai
pembuatan rumah, dipakai api buat memasak, lidinya diapaki sapu dan daun yang
kering dipakai sebagai api masak, sedangkan daun yang masih muda dipakai
sebagai ketupat dan diisi dengan beras yang juga kembali ke sapi yang mempunyai
peran dalam kegiatan penanaman padi, jadi banyak keterkaitan antara prosesnya.
Kegiatan dilakukan di Masjid dan di
Musholla juga mempunyai makna seperti yang telah disebut di atas, bahwa
tempat-tempat itu merupakan tempat yang suci yang digunakan untuk kegiatan peribadatan
yang lain, misal pahingan.
Kemudian ketupat yang sudah masak dan siap untuk didoakan bersama tersebut di
letakkan di ember dan ditutup dengan daun pisang yang ada batangnya lalu di
hadapkan searah, artinya jika yang lain menghadap ke arah Barat, maka yang lain
menyesuaikan, karena dipercaya bahwa orang yang berdoa akan lancar jika sesuai
dengan persyaratan tersebut.
b)
Tujuan
Dilakukannya Tradisi “Ngalungi Sapi”
Berdoa supaya sapinya sehat, selamat dari marabahaya dan
beranak-pinak menjadi banyak, juga untuk melestarikan tradisi peninggalan nenek
moyang, ada yang bilang tradisi ini peninggalan dari Sunan Kalijaga. Tujuan
lain supaya berkah harta benda yang telah Allah titipkan, dan juga untuk
mendoakan masyarakat semua supaya tetap damai, sehat, dan dimudahkan jalan
rizkinya.
Tidak semua masyarakat terlibat
dalam hal ini, karena orang yang tidak mempunyai sapi tidak ikut membuat
ketupat dan biasanya diberi oleh tetangga dekat. Tradisi ini termasuk dalam
jenis ritual komunal karena kebanyakan masyarakat masih menjalankannya. Ritual
ini dijalankan sesuai dengan kepercayaan masyarakat sekarang, sehingga terdapat
sedikit perbedaan dengan masyarakat dahulu.
Tetapi maksud dan tujuannya sama,
yaitu sama-sama berdoa kepada Allah supaya sapi dan kekayaan yang lain diberi
keselamatan, kesehatan dan berkah rizkinya, serta masyarakat desa tersebut
diberi kemudahan serta pertolongan oleh Allah kelak di hari akhir.
Tradisi “Ngalungi Sapi” ini merupakan salah satu tradisi asli Desa
Kumbo, Rembang, yaitu sejenis dengan
ritual komunal untuk mendoakan sapi-sapi yang telah membantu pekerjaan
masyarakat dalam membajak sawah dan lain sebagainya, sehingga dilakukan ketika
selesai panenan.
Walaupun mengalami perbedaan dengan yang dilakukan masyarakat
dahulu, tetapi perbedaan itu tidaklah hal yang berdampak negatif, semua maksud
dan tujuannnya sama yaitu sama-sama berdoa, baik untuk sapinya maupun untuk
warga desa tersebut, dan hal yang
berbeda hanyalah tata caranya. Karena apa yang dilakukan masyarakat sekarang
merupakan kelanjutan dari tradisi masyarakat terdahulu, sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinannya maka terjadi perbedaan itu.
Tradisi “Ngalungi Sapi” ini dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai sapi dengan cara membuat ketupat yang diisi dengan beras kemudian
dimasak sampai berjam-jam, lalu didoakan bersama di Masjid atau Musholla yang
dianggap sebagai tempat suci dan tempat yang pas buat beribadah, kegiatan ini dilakukan
setelah sholat maghrib. Makna dan tujuan yang terkandung dalam tradisi ini
adalah memberi penghargaan atau brokohan (sedekahan) kepada sapi yang telah
berjasa dalam membantu kegiatan manusia, supaya diberi kesehatan, keselamatan
dan beranak-pinak menjadi banyak, serta harta yang dimiliki diberkahi oleh
Allah swt, selain itu doa juga dipanjatkan untuk leluhur dan masyarakat
semuanya.
Semua tradisi mempunyai makna, jika tidak dipelajari maka makna itu
akan diremehkan bahkan bisa juga luntur, sehingga perlu adanya apresiasi
masyarakat dalam mendukung serta melestarikan tradisi yang telah ada.
Nama: Dasiran
Alamat: Ds.Kumbo Kec. Sedan Kab. Rembang (RT: 09 RW: 05)
Tempat dan tanggal lahir: Rembang, 29 April 1954
Pekerjaan: Petani
Tanggal wawancara: Sabtu, 22 Juni 2013 (13:42 WIB)
Hasil wawancara: Tradisi “Ngalungi Sapi” dilakukan setiap selesai panenan
pada hari Jumat Pahing dengan menggunakan ketupat yang sudah masak lalu dibawa
ke Masjid atau Musholla, kata “Ngalungi Sapi” adalah sebuah simbol bahwa sapi
perlu dihargai atas jasanya yang telah banyak membantu pekerjaan manusia dengan
cara mendoakannya, bukan ngalungi dengan seperti kalung yang dipakai manusia,
itu hanya ungkapan syukur, dan disebut “ngalungi” karena orang zaman dahulu/leluhur
memang benar-benar mengalungkan ketupat khusus pada sapi. Mengapa menggunakan
ketupat karena ketupat yang dapat dikalungkan pada sapinya.
Nama: Kurdi
Alamat: Ds.Kumbo Kec. Sedan Kab. Rembang (RT: 10 RW: 05)
Tempat dan tanggal lahir: Rembang, 9 Mei 1952
Pekerjaan: Petani
Tanggal wawancara: Selasa, 25 Juni 2013 (18:30 WIB)
Hasil wawancara: “Ngalungi Sapi” adalah tradisi turun-temurun, dilakukan
setelah panen dan dimaksudkan sebagai wujud syukur atas rizki yang telah Allah
berikan, dengan tujuan supaya sapinya selamat, sehat serta bertambah banyak.
Jika orang dahulu ketupat dikalungkan di leher sapi, tetapi orang sekarang
tidak karena lebik baik dimakan bersama-sama oleh orangnya.
Nama: Fathonah
Alamat: Ds.Kumbo Kec. Sedan Kab. Rembang (RT: 10 RW: 05)
Tempat dan tanggal lahir: Rembang, 19 Juli 1969
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Tanggal wawancara: Selasa, 25 Juni 2013 (20:00 WIB)
Hasil wawancara: Ketupat yang dibawa delapan sampai sepuluh,
Ketupat-ketupat tersebut dibawa ke Masjid atau Musholla untuk didoakan bersama,
ketika hendak didoakan ditata sama, artinya menghadapkannya sesuai dengan ujung
daun yang dipakai tutup disamakan, supaya ketika berdoa diberi kelancaran.
Dalam doa tersebut diharapan rizki yang dimiliki barokah dan sapinya diberi
kesehatan, keselamatan serta bernak-pinak. Pada zaman dahulu ketupat
dikalungkan pada sapi tetapi sekarang tidak. Tidak semua orang terlibat dalam
ritual ini, hanya orang-orang yang mempunyai sapi yang ikut serta.
Nama: Dasuri
Alamat: Ds.Kumbo Kec. Sedan Kab. Rembang (RT: 07 RW: 04)
Tempat dan tanggal lahir: Rembang. 12 April 1991
Pekerjaan: wiraswasta
Tanggal wawancara: Sabtu, 22 Juni 2013 (19:30 WIB)
Hasil wawancara: Tradisi “Ngalungi Sapi” merupakan keturunan dari
Sunan Kalijaga, tidak diketahui pasti sejak tahun berapa, tetapi tradisi ini
masih dilakukan sampai sekarang, karena kepercayaan masyarakat terhadap hal
yang baik. Tradisi ini dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai sapi, ada yang
melakukan ritual ini dengan cara mengoleskan ketupat ke kepala sapi, dengan
maksud walaupun tidak ikut makan tetapi ikut melihat. Ketupat yang telah masak
dibawa ke Masjid dan Musholla untuk didoakan bersama-sama, supaya diberi
keselamatan, kesehatan dan merupakan wujud syukur atas rizki Allah.
Nama: Sarminah
Alamat: Ds.Kumbo Kec. Sedan Kab. Rembang (RT: 09 RW: 05)
Tempat dan tanggal lahir: Rembang, 28 Oktober 1962
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Tanggal wawancara: Sabtu, 22 Juni 2013 (15:00 WIB)
Hasil wawancara: Tradisi ini berlangsung secara turun-temurun,
tidak diketahui siapa yang mengajarkan, tetapi masyarakat percaya bahwa tradisi
ini baik, karena doa-doa yang
dipanjatkan merupakan doa untuk kebaikan bersama, dan tidak semua orang
mengikuti tradisi ini, karena yang tidak punya sapi maka tidak ikut membuat
ketupat, dan biasanya diberi oleh tetangga dekat, sebagai wujud peduli
masyarakat.
Nama: Siti
Alamat: Ds.Kumbo Kec. Sedan Kab. Rembang (RT: 10 RW: 05)
Tempat dan tanggal lahir: Rembang, 4 Desember 1955
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Tanggal wawancara: Selasa, 25 Juni 2013 (19:00 WIB)
Hasil wawancara: Tradisi ini dilakukan setelah panenan,
karena sapi yang telah digunakan untuk membajak sawah perlu dihargai jasanya.
Maka dari itu masyarakat tetap melestarikan tradisi ini, harapannya supaya sapi
yang dimiliki sehat, selamat dan rizkinya barokah, serta masyarkatnya diberi
keselamatan semua.