WATU CELENG
Cerita rakyat dari Rembang Jawa Tengah
Berawal
dari perjalanan Noyo Gimbal atau Noyo Sentiko, tokoh yang terkenal di Kabupaten
Rembang. Ketika para wali sedang giat-giatnya menyebarkan agama Islam di
pesisir utara pulau Jawa, terlihatlah seorang petapa yang bernama Noyo Gimbal,
kegiatan pertapaannya tersebut dimaksudkan untuk mendapat kesaktian dari Tuhan
Yang Maha Esa, ia ingin mendapat kesaktian yang bisa mengusir penjajah Belanda
pada waktu itu.
Noyo
Gimbal sendiri adalah salah seorang prajurit dari Pangeran Diponegoro yang
sangat benci kepada penjajah Belanda. Setelah Pangeran Diponegoro tertangkap
oleh penjajah Belanda, para prajuritnya termasuk Noyo Gimbal mengembara
kemana-mana. Sedangkan nama Noyo Gimbal sendiri adalah nama julukan dikarenakan
rambutnya tidak pernah diurus dan memanjang mulai ia muda hingga ia tua.
Dalam
perjalanannya, Noyo Gimbal bersama pengikut-pengikutnya bermaksud mengajak
orang-orang untuk melawan penjajah Belanda, berhubung Wedana Sedan yang juga bersekutu dengan
Belanda yang berkuasa di tempat itu, maka peperangan antara Noyo Gimbal dengan
Wedana Sedan pun terjadi. Disusul kedatangan Belanda yang membawa banyak
persenjataan, akhirnya Noyo Gimbal memilih untuk melarikan diri. Dalam
pelariannya ia melihat banyak kayu glondong atau balok yang dikumpulkan Belanda
menjadi satu untuk dibawa ke suatu tempat, Sehingga tempat itu pun dinamakan
“Balokan” kini termasuk wilayah desa karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.
Selanjutnya
Noyo Gimbal beserta para pengikutnya melanjutkan pelariannya, supaya tidak
tertangkap oleh prajurit Belanda yang mengejar mereka, di tengah perjalanan
pengikut Noyo Gimbal melihat seekor babi hutan yang menghadang pelarian mereka,
dengan cepatnya mereka melapor ke Noyo Gimbal, oleh Noyo Gimbal babi itu di
sebut batu karena merupakan penghalang perjalanan mereka yang dalam bahasa Jawa
“iku watu dudu Celeng”. Anehnya setelah kata-kata itu terlontar dari mulut Noyo
Gimbal, seketika babi itu berubah menjadi batu, hingga sekarang seekor babi
hutan yang berubah menjadi batu itu pun masih bisa kita jumpai di Dukuh Ngaglik
termasuk Desa Majasari Kecamatan Sedan.
Masih
banyak cerita yang tersimpan di setiap tempat, dan ini termasuk salah satu
cerita dari Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang yang dipercaya kebenarannya
hingga sekarang masih bisa dilihat wujud atau buktinya.
Sumber: Buku Dongeng Rakyat
Kabupaten Rembang jilid 2
klo blh tau batu yg di mksut itu lokasix d sblh mana dari desa ngaglik
BalasHapusSip
BalasHapus