Tangis
kebahagiaan L><J
Mufidah (24 Mei 2013)
Kan ku lukiskan kesedihanku dalam butiran air
mata tak berharga
Kan ku terbangkan harapan bersama angin malam
Dingin tak terasa
Terasa gundah tanpa arah
Arah di mana telah patah semangat
Semangat yang dulu membara,
Kini ia harus perang melawan hawa nafsu
Nafsu murka untuk hal yang lebih mulia
Di hadapan ribuan mata ku tersenyum lembut
Jatuh air mata ini, aku pun tersipu malu
Lari, pergi menyendiri untuk sedikit ketenangan
hati
Tak mau ada yang tahu
Betapa perih luka yang menyayat hati
Sempat tersembuhkan oleh bisikan maya dalam
facebook
Namun semuanya tinggal kenangan, kaupun telah
pergi jauh
Untuk mendapatkan apa yang menjadi harapanmu
Sekarang, di sini aku sendiri
Berteman dengan laptop yang senantiasa menemani
Mendengarkan keluh kesah, canda tawa dan semua
ceritaku
Hanya ia yang tak pernah protes dengan keadaan
Dibanding semua orang yang tak bisa sedikit
memahami hati ini
Kini, tangisku hanya sia-sia
Dan senyumku mungkin akan membuat semua orang
bahagia
Membenci karena-Mu
Mufidah, 4 November 2012 (Bulusan)
Aku ingin membenci dia karena-Mu
Aku ingin membenci dia karena-Mu
Dan aku ingin membenci dia karena-Mu
Karena dialah yang sudah merusak hidup ku
Benarkah dia yang telah merusak hidup aku???
Bukankah itu karena kebodohanku, kelalaianku
sendiri...
Sungguh..aku
ingin membenci dia karena-Mu
Aku ingin kembali membasuh muka, tangan, dan
kaki ku yang penuh dosa ini
Aku ingin mengusap kepala dan telingaku
dengan air suci-Mu
Aku ingin kembali bersujud di atas sajadah-Mu
Memohon ampunan-MU
Ya...Aku ingin membenci dia karena-Mu
Dan kembali hanya kepada-Mu
Tanda tanya
By: fieda
Aku teteskan airmata yang tak berarti ini
Mengingat betapa perihnya luka di hati
Ketidakadilan, kebohongan, perpecahan, bahkan
keinginan dan persaudaraan mereka korbankan
Hanya untuk mencari kepuasan diri
Semuanya tak dianggap ada..
Entah apa arti diri ini di mata mereka
Apakah mereka tak bisa melihat??
Bukan,
mereka tidak buta
Mereka bisa melihat
Apakah mereka tak bisa mendengar??
Tidak juga,
mereka
tidak tuli
Mereka bisa mendengar dengan baik
Lantas, mengapa mereka membiarkan kami???
Sampai
nanti, tetap disini
By:fieda
Aku disini, dan akan tetap disini
Sampai aku lelah disini, aku akan tetap
disini
Aku disini, dan akan tetap disini
Sampai matahari tenggelam, akau akan tetap
disini
Aku disini, dan akan tetap disini
Hingga siang berganti malam, aku akan tetap
disini
Aku disini, dan akan terus disini
Hingga gelap menjadi terang, aku akan tetap
disini
Aku disini, dan akan selalu disini
Entah sampai kapan aku disini, aku akan tetap
disini
Aku disini, dan masih tetap disini
Biarpun panas, hujan, angin, badai, aku akan
tetap disini
Aku masih disini
Sampai aku menemukan disini, aku akan tetap
disini
Aku disini, dan akan tetap disini.....
Dengan tekad
By : fieda
12 Maret 2013
(Bulusan)
Semakin cepat laju langkahku
Mengiringi cepatnya sinar matahari yang
berkobar
yang mulai membakar kulitku
seperti tekadku yang menyala
mendorong hatiku
Tak ku peduli
Rumput tertawa
Orang melihat, tapi tak jua tanya
Aku pun terheran
Itulah kehidupan di kota
Ku tetap melangkah
Dengan tekadku
Dua kaki
By : fieda ( bulusan)
12 maret 2013
Dua kaki untuk melangkah
Berjalan tanpa lelah
Mungkin lelah, tapi tak pernah berkeluh kesah
Berjuang untuk hati, keinginan,
cita-cita dan harapan
mencoba mengarti bisikan hati
desih menghantarkan ke lamunan
jutaan keajaiban datang silih berganti
Tuhan telah mendengar doa kami
Kekecewaan
By : fieda (kampus undip)
13 maret 2013
Terhimpit tembok pembatas
Termangu menatap gelap hati
Bersenandung lirih
Harapan tersenyum indah
keinginan yang berbeda
telah masuk ke dalam lubang harapan
Hilang bersama ketidakadilan
Bersikukuh melawan rintangan, tapi tak ujung
silam
Menanti hadirnya kejutan, tapi tak kunjung
datang
Dalam
pemikiran
Mufidah (25 Mei 2013)
Selama ini aku menanti bisa menulis
Menulis apa aja yang bisa dibaca
Cerita, hayalan, bahkan berita
Tetapi, tangan ini masih terasa kaku bagai kayu
Masih dalam pemikiran, kan ku asah sedikit demi
sedikit
Tak peduli tertawaan orang tentang karyaku
Kelihatan lucu, tapi itulah karyaku
Yang tak akan pernah ku merasa malu
Selama ini aku menanti bisa menulis
Dongeng, fabel, bahkan novel
Tapi apa mungkin?
Jawabnya semua yang ada di dunia ini mungkin
Tinggal bagaimana kita mengawalinya
Niat yang baik akan membuahkan hasil yang baik
pula
Begitu pepatah mengatakan
Coretan ini yang membuatku terus maju
Berharap karyaku tumbuh serta mengantarkanku
pada cita-citaku
Menjadi penulis serta guru
Ikhlas beramal untuk nusa dan bangsaku
Masihdalam pemikiran, untuk meraih masa depan
Suatu harapan
Tuhan, ku tahu
kau mendengar doaku
Doa yang ku
panjatkan setiap waktu
Waktu yang
terus berjalan, hingga membawaku kepada satu titik harapan
Harapan itu
terasa manis,
melambai di kejauhan
serta tersenyum
lembut menyapaku
Hariku indah
dengan telapak tangan yang menengadah
Berjuang untuk
kehidupan yang berkah
Berpikir
mendapatkan keadilan dari perjalanan kaki ini
Terjun bersama
sang mentari
Tak terasa, di
ufuk timur matahari sembunyi
Dan kuusap
keringat yang menetes di pipi
Ku kembali
Bercerita
dengan sang rembulan yang sedikit menampakkan sinarnya
Seakan malu
mendengarkan ceritaku yang hanya berujung pilu
Ia pun tertawa
lepas bersama gumpalan mendung di sekalilingnya
Tapi tak
mengapa, aku tetap bercerita
Aku akan tetap
pada harapanku
Berdiri melawan
lelah hati
Hanya Tuhan yang
masih setia menemani
Di mana dan
akan kemana aku pergi
Dia tahu apa
yang aku minta
Harapan itu
akan selalu ada...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar